Matroji Daiva, itu adalah nama seorang anak dari keluarga miskin yang bercita cita menjadi seorang pianis, namun sayang bakat luar biasa yang ia miliki tak tersalurkan dan kini ia hanya menjadi seorang pemulung.
Kini Matroji tak muda lagi, ia sudah berumur 80 tahun, akan tetapi ia tetap bekerja sebagai seorang pemulung walau selalu mendapat cemoohan dari warga kota, namun itu semua tak ia anggap pusing karena ia selalu ditemani oleh piano tuanya yang masih dapat melahirkan symphony symphony yang indah ketika jari jari tua matroji memainkannya.
Pada suatu hari Matroji memunguti sampah sampah disekitar kantor Walikota, saat ia memunguti sampah sampah disekitar jendela ruangan walikota, ia mendengar percakapan walikota dengan seseorang yang diketahui sebagai bos mafia. Matroji pun penasaran dengan percakapan itu, ia pun mengintip dari balik jendela. Dan terkejutnya ia, karena walikota dan bos mafia itu akan menggelapkan uang dari pajak daerah yang juga merupakan uang masyarakat
Matroji pun mengumpulkan seluruh warga kota dan memberitahu mereka tentang apa yang dibicarakan oleh walikota dengan bos mafia itu, namun semua yang mendengarnya tertawa terbahak bahak dan menuduh Matroji sebagai tukang fitnah, dan warga kota pun membakar rumah gubuk milik Matroji. Matroji hanya bisa menagis karena rumah dan piano tuanya telah hangus terbakar, dan yang membuatnya lebih sedih adalah tak ada warga kota yang mempercayainya. Namun tanpa Matroji sadari ada seorang anggota KPK yang mendengarkan Matroji saat ia menyampaikan apa yang ia dengar ke warga kota.
Matroji pun melampiaskan kemarahannya kepada walikota dengan membanjiri sampah dirumahnya. Walikota pun marah dan menyuruh polisi dan warga untuk menangkap dan membunuh Matroji. Matroji pun terus berlari dan bersembunyi di tumpukan sampah TPA, namun sial TPA itu telah dikepung dan bom telah dipasang disetiap sudut TPA. Tak brapa lama bom itupun meledak dan menyebabkan seisi kota menjadi lautan sampah. Matroji pun tewas, namun walikota dan bos mafia itu kabur dengan pesawat
Beberapa menit setelah peristiwa itu, KPK datang dan mengatakan apa yang dikatakan Matroji itu benar. Warga kota pun merasa bersalah telah membantu membunuh pria tua itu, mereka lalu menjadikan sampah sampah yang berserakan itu sebagai alat musik dan memainkannya sebagai bentuk permintaan maaf dan penyesalan mereka kepada Matroji Daiva.
Alunan musik itu begitu kuat dan terdengar indah, dan juga mampu mengguncang tubuh mati Matroji, dan arwah Matroji seperti tertarik untuk kembali kedalam tubuhnya. Alunan musik itu semakin menggema dan menghidupkan mayat Matroji, warga kota pun terkejut dibuatnya.
Matroji kembali bangkit dan kini ia mempunyai kekuatan untuk mengendalikan sampah, ia pun mengendalikan sampah dan membuatnya menjadi garuda yang sangat besar. Sebelum ia mengejar walikota dan bos mafia itu, ia meminta agar musik itu tetap dimainkan saat ia bertarung dan juga ia berpesan untuk menjaga musik tetap hidup, karena hidup tanpa musik sama dengan kiamat. Semua warga kota pun menyanggupinya. Matroji dengan garuda dari sampahnya mengejar pesawat itu, dan ketika jaraknya semakin dekat ia sengaja menghantamkan garudanya itu kebadan pesawat, alhasil pesawat itu pun meledak di udara beserta garuda dari sampah itu.
Seisi kota pun bersedih melihat matroji ikut meledak, dan untuk membayar semua itu, mereka memenuhi permintaan terakhir Matroji yaitu MENJAGA AGAR MUSIK TIDAK MATI.
Senin, 22 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar